Tuesday, March 29, 2011

Metamorfosa Natalie Portman


Jakarta - 'Black Swan' adalah Natalie Portman, dan Natalie Portman adalah 'Black Swan'. Natalie adalah ruh dari film ini, dan ia sudah mati-matian berakting dengan maksimal—termasuk menurunkan berat badan 10 kg, cedera rusuk, dan mengeluarkan kocek sendiri untuk kursus balet. Dan karena upaya kerasnya itulah, wajar bila ia diganjar penghargaan aktris terbaik di Golden Globe dan Academy Awards.

Adalah Nina Sayers, seorang balerina di New York yang pekerja keras. Ia mengejar kesempurnaan teknis menari. Apapun yang berhubungan dengan hal teknik dan bentuk tarian, ia kuasai betul. Pelatihnya, Thomas Leroy (Vincent Cassel) memberinya nilai sempurna, tanpa cacat, saat ia memainkan Putri Odetta , White Swan.

Masalahnya, Thomas ingin melakukan pembaruan dalam lakon karya Tchaikovsky itu, dan ia sedang mencari seorang balerina utama yang memerankan Swan Queen yang menjadi White Swan dan Black Swan, Odile sang penggoda, sekaligus.

Black Swan adalah karakter antagonis dalam cerita itu. Segala sesuatu tentangnya berlawanan dengan White Swan. Nina yang sangat identik dengan White Swan—anggun, cenderung jaga image, hidup lurus-lurus dan normal saja, disiplin, mengejar nilai tertinggi—tentu kesulitan memerankan Black Swan yang licik dan nakal serta cenderung pemberontak. Maka Nina pun berjuang untuk menghayati peran gelap itu, seperti sosok Maya Kitajima dalam komik manga 'Topeng Kaca' dan 'Bidadari Merah'.

Nina: Saya ingin mengambil bagian
Thomas: Masalahnya, sewaktu saya melihatmu, saya hanya melihat White Swan. Ya, kamu cantik, cemas, dan rentan. Casting yang ideal. Tapi Black Swan? Sangat susah memerankan keduanya sekaligus.
Nina: Saya bisa menari bagian Black Swan juga
Thomas: Benarkah? Dalam 4 tahun ini, setiap kamu menari saya melihat kamu terobsasi mengejar kesempurnaan setiap gerakan, tapi saya tak pernah melihatmu membebaskan dirimu. Tak pernah! Semua kedisiplinanmu itu untuk apa?
Nina: Saya hanya ingin sempurna
Thomas: Apa?
Nina: Saya ingin kesempurnaan
Thomas: Kesempurnaan tidak hanya soal pengendalian, tapi juga soal membebaskan diri. Kejutkan dirimu, maka kamu akan bisa mengejutkan penontonmu! Transendenlah! Hanya sedikit yang bisa seperti itu.
Nina: Bukannya saya seperti itu?

Masalahnya, datanglah Lily (Mila Kunis), orang baru dari San Fransisco. Nina, yang dianggap merebut peran utama dari Beth Macintyre (Winona Ryder) sang primadona, kini merasa dirinya terancam. Thomas acap mengingatkan, "Semua penari sekarang mengincar posisimu," seraya menambahkan bahwa hanya diri Nina sendirilah yang menghalanginya. Tapi, Nina masih belum juga bisa menguasai peran kelam dan sensual itu.

Malah, Thomas merekomendasikannya untuk memperhatikan cara Lily menari. "Lihatlah dia. Gerakannya mungkin tidak sempurna sempurna amat.tapi dia bisa melepaskan emosinya." Masalah kedua adalah adanya luka-luka yang ganjil, misalnya darah yang keluar dari kuku, atau seperti bekas garukan di punggung.

Dalam perjalanan usaha metamorfosis menjadi Black Swan itulah, Nina menjadi lebih paranoid dan depresi, dan bermasalah dengan orang-orang terdekatnya, seperti ibunya, Erica (Barbara Hershey), mantan ballerina gagal yang sering berusaha mengontrolnya

Tentu saja film ini pamer akting keren Natalie. Tapi tidak cuma itu. Darren Aranofsky, sang sutradara, mengobrak-abrik konsep "genre". Ber-genre apakah film ini? Psychological Thriller? Supernatural Thriller? Misteri? Horor? Drama? Film tentang tarian? Film ini mungkin mencakup semuanya. Atau, tidak? Dekonstruksi genre Aranofsky berhasil soal ini. Film ini terlalu sempit untuk dikotak-kotakkan.

Dan, bisa ditebak, untuk dapat membelah jiwa, maka cermin adalah hal penting untuk diketengahkan. Silakan perhatikan beberapa adegan saat Nina berkaca.

Dan film ini sudah lolos sensor, meski ada adegan-adegan panas Nina dan Lily bergumul di ranjang, atau Nina yang bermasturbasi (ini adalah latihan yang dianjurkan Thomas agar bisa bermetamorfosa ke sisi gelap). Dan efek special di sini juga ciamik, mengingat Aranofski agak terobsesi dengan efek special seperti yang pernah dilakukannya di 'The Fountain' (2006).

Film ini juga dinominasikan mendapatkan Piala Oscar di bidang sinematografi, penyutradaraan, penyuntingan, serta film terbaik. Sedangkan di Golden Globe, nominasi jatuh pada film terbaik, penyutradaraan, dan aktris pendukung.

Film ini memang bukan 'one woman show'. Tapi, patut dicatat, Natalie Portman berhasil melakukan metamorfosa menjadi aktris terbaik. Dan dia pantas mendapatkannya.

Diambil dari : detik.com

No comments:

Post a Comment